Fakta Viral Lift di Candi Borobudur: Kontroversi, Tujuan, dan Respons Publik
Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya dunia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Dibangun pada abad ke-9, candi Buddha terbesar di dunia ini menjadi ikon pariwisata Indonesia. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, nama Borobudur kembali menjadi sorotan setelah viralnya kabar mengenai pemasangan lift di area candi. Fakta viral tentang pemasangan lift di Candi Borobudur ini memicu reaksi beragam dari masyarakat, mulai dari dukungan hingga kritik pedas.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara menyeluruh fakta-fakta mengenai keberadaan lift di Candi Borobudur, mulai dari latar belakang pemasangan, tujuan utama proyek, pihak yang terlibat, hingga respons publik dan tanggapan pemerintah. Artikel ini bertujuan memberikan informasi utuh tanpa menambahkan opini yang memperkeruh suasana.
1. Latar Belakang Pemasangan Lift di Candi Borobudur
Kabar mengenai pemasangan lift pertama kali muncul di media sosial dan langsung menjadi viral. Banyak netizen mempertanyakan bagaimana mungkin bangunan bersejarah sekelas Borobudur bisa “dimodifikasi” dengan teknologi modern seperti lift. Apakah hal ini hanya hoaks atau benar-benar terjadi?
Faktanya, lift memang dipasang di bagian sisi luar Candi Borobudur, dan ini bukan sekadar kabar angin. Proyek ini merupakan bagian dari rencana pengembangan aksesibilitas untuk wisatawan, terutama untuk kelompok lansia dan penyandang disabilitas yang kesulitan menaiki tangga-tangga curam di candi tersebut.
2. Siapa yang Berinisiatif?
Pemasangan lift ini merupakan bagian dari program yang dikoordinasikan oleh Balai Konservasi Borobudur (BKB) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan beberapa pihak, termasuk PT Taman Wisata Candi (TWC) dan instansi lain yang berkepentingan dalam konservasi serta pariwisata budaya.
Menurut pihak BKB, lift ini bersifat sementara, dan hanya digunakan dalam rangka uji coba program wisata inklusif. Artinya, proyek ini belum final dan masih dalam tahap evaluasi.
3. Tujuan Pemasangan Lift
Tujuan utama dari pemasangan lift di Candi Borobudur adalah memberikan aksesibilitas yang lebih baik bagi kelompok pengunjung dengan kebutuhan khusus. Sebagai situs wisata kelas dunia, Borobudur dikunjungi oleh ribuan wisatawan setiap harinya. Namun, tidak semua pengunjung mampu menaiki 10 tingkat candi yang memiliki lebih dari 1.000 anak tangga.
Pihak pengelola menekankan bahwa pelestarian dan konservasi tetap menjadi prioritas, sehingga desain dan struktur lift dibuat seminimal mungkin agar tidak merusak nilai estetika maupun struktur bangunan asli candi.
4. Seperti Apa Bentuk dan Letak Lift?
Lift yang dipasang tidak menempel langsung pada struktur utama candi. Berdasarkan dokumentasi yang beredar, lift diletakkan di sisi luar, menggunakan konstruksi baja dan platform berbasis hidrolik. Letaknya berada pada sisi utara yang merupakan area pendukung, bukan zona inti dari situs candi.
Selain itu, desainnya dibuat bongkar-pasang agar dapat dilepas kapan saja apabila diperlukan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa keaslian situs tetap dijaga dan tidak mengganggu struktur batuan yang berusia lebih dari seribu tahun tersebut.
5. Respons dan Kritik Publik
Sejak video lift beredar di media sosial, banyak pihak menyampaikan kritik keras. Beberapa arkeolog dan budayawan menyebut bahwa penggunaan teknologi modern seperti lift di situs kuno bisa mengganggu nilai historis dan sakralitas dari Candi Borobudur. Tidak sedikit pula yang menyebut ini sebagai tindakan “komersialisasi situs sejarah”.
Namun di sisi lain, sebagian masyarakat mendukung proyek ini, terutama yang melihatnya dari sudut pandang kemanusiaan. Kelompok lansia, penyandang disabilitas, serta keluarga dengan anak kecil akan sangat terbantu dengan adanya fasilitas seperti lift.
6. Tanggapan Pemerintah
Menyikapi kontroversi yang berkembang, pihak Kemendikbudristek segera memberikan klarifikasi. Dalam pernyataan resminya, disebutkan bahwa lift tersebut masih dalam tahap uji coba dan tidak permanen. Pemerintah juga menegaskan bahwa setiap tindakan di situs Candi Borobudur harus mengikuti aturan UNESCO karena statusnya sebagai warisan budaya dunia.
Lebih lanjut, pemerintah menyatakan bahwa semua proyek pengembangan akan melewati kajian mendalam, termasuk konsultasi dengan para ahli sejarah, arkeolog, hingga UNESCO sendiri.
7. Status Warisan Dunia dan Aturan Ketat
Candi Borobudur tercatat sebagai situs warisan budaya dunia oleh UNESCO sejak 1991. Status ini membawa konsekuensi besar dalam hal konservasi. Setiap bentuk perubahan, penambahan fasilitas, atau proyek konstruksi harus melewati prosedur ketat dan mendapat persetujuan dari lembaga terkait.
UNESCO menetapkan prinsip bahwa situs warisan harus dijaga keasliannya (authenticity) dan integritasnya (integrity). Karena itu, pemasangan lift meski bersifat sementara tetap menjadi isu yang sensitif secara internasional.
8. Alternatif Akses yang Lebih Aman?
Beberapa kalangan mengusulkan agar aksesibilitas difokuskan pada virtual tour atau teknologi imersif, seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). Dengan teknologi ini, pengunjung tetap bisa menikmati keindahan Candi Borobudur dari dekat tanpa harus menaiki tangga-tangga curam.
Teknologi seperti ini juga sudah diterapkan di beberapa situs budaya lain di dunia dan terbukti efektif, tanpa harus melakukan intervensi fisik pada bangunan bersejarah.
9. Edukasi Publik Masih Kurang
Salah satu penyebab viralnya isu lift ini adalah minimnya informasi resmi yang disampaikan kepada publik di awal proyek. Banyak masyarakat yang hanya melihat potongan video tanpa konteks penuh. Akibatnya, muncul asumsi dan interpretasi keliru.
Pihak pengelola situs warisan seperti Borobudur perlu lebih transparan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, termasuk melalui kanal digital dan media sosial resmi.
10. Apakah Lift Akan Permanen?
Hingga artikel ini ditulis, tidak ada keputusan resmi yang menyatakan bahwa lift akan menjadi bagian permanen dari fasilitas di Candi Borobudur. Pihak pengelola menyebut bahwa lift ini hanya akan digunakan pada momen tertentu, seperti kunjungan tamu negara, atau sebagai sarana evakuasi darurat.
Keputusan akhir tetap akan mempertimbangkan aspek konservasi, aturan internasional, dan respons publik.
baca juga: 10 Tips Lifestyle Untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Dan Energi
Viralnya lift di Candi Borobudur menjadi cerminan bahwa masyarakat Indonesia sangat peduli terhadap warisan budayanya. Pemasangan lift memang menimbulkan kontroversi, namun di balik itu ada niat baik untuk meningkatkan aksesibilitas bagi semua kalangan.
Agar ke depannya tidak terjadi kesalahpahaman, pemerintah dan pengelola situs warisan budaya harus lebih terbuka dalam menyampaikan informasi, serta melibatkan publik dalam setiap proses pengambilan keputusan penting. Dengan begitu, pelestarian dan pengembangan situs warisan bisa berjalan beriringan tanpa menimbulkan polemik berkepanjangan.